Negara yang Dikelola oleh Pria vs Negara yang Dikelola oleh Wanita
Mengapa Harvard & Mensa Menjadi Percakapan Terbodoh yang Pernah Saya Alami
Kata pengantar
Sebelum Anda membaca ini, penting untuk diingat bahwa jika situasinya terbalik, dengan semua kekerasan diterima dan tidak ada hambatan terhadap perilaku maskulin negatif, artikel ini akan ditulis dengan cara yang sama sekali berbeda, menyerukan penghentian kekerasan. Namun, negara-negara Barat menghadapi kurangnya regulasi dan hambatan budaya terhadap perilaku negatif perempuan.
Perlu diingat bahwa, sama seperti kekerasan yang terdistribusi secara cukup merata antara pria dan wanita (48 hingga 52%), persentil ke-99 dari keramahan hampir secara eksklusif dimiliki oleh wanita. Manipulatif dan ketidakjujuran (yaitu, keramahan) adalah sifat-sifat di mana wanita mendominasi persentil teratas. Ini tidak berarti semua wanita tidak jujur, tetapi lebih tepatnya mengabaikan sepenuhnya karakteristik feminin negatif ini memiliki konsekuensi yang signifikan.
Pengantar Masyarakat yang Dikelola Laki-Laki dan Masyarakat yang Dikelola Perempuan: Negara yang Dikelola Laki-Laki vs Negara yang Dikelola Perempuan
Ciri-ciri inti yang membentuk masyarakat feminin adalah:
- Solusi jangka pendek lebih diutamakan daripada solusi jangka panjang (yaitu, ketidakjujuran/kemudahan untuk menyetujui sesuatu)
- Citra substansi (ego di atas kehormatan)
- Kekuasaan di atas kompetensi (kesetaraan di atas keadilan)
Laki-laki dapat dan memang menunjukkan ciri-ciri ini. Poin pentingnya adalah kerangka berpikir di balik sistem tersebut, bukan jenis kelamin individu yang terlibat. Secara evolusioner, perempuan memiliki ciri-ciri ini karena keterbatasan fisik dan masa subur yang singkat, sehingga kesetaraan, kekuasaan, dan pemikiran jangka pendek menjadi lebih relevan bagi mereka.
Ciri-Ciri Masyarakat yang Dikelola Perempuan
Ketidakjujuran Terbuka
Dalam masyarakat yang dipimpin perempuan, kekuasaan sering kali berasal dari bahasa dan ucapan yang terkontrol. Dengan mengendalikan kata-kata, perempuan dapat mendefinisikan konsep sesuai dengan perspektif mereka. Misalnya, mendefinisikan misogini sebagai siapa pun yang menentang mereka, alih-alih sebagai kemarahan atau kebencian terhadap perempuan, adalah contohnya.
Perempuan biasanya tidak menghadapi masalah secara langsung, tetapi mungkin secara diam-diam merugikan orang lain. Mereka mungkin melaporkan, melakukan manipulasi psikologis (gaslighting), atau menyerang secara tidak langsung. Meskipun beberapa pria juga berperilaku seperti ini, kecenderungan untuk perilaku tersebut umumnya lebih tinggi di kalangan perempuan.
Berpikir Jangka Pendek
Pola pikir jangka pendek adalah ciri umum dalam lingkungan yang dikelola perempuan. Misalnya, di New York, di mana pencurian ditoleransi dan hukum tentang kekerasan sangat ketat, ketidakjujuran diterima secara terbuka, dan tidak ada tindakan pencegahan untuk mengatasinya.
Bandingkan ini dengan lingkungan di mana kekerasan diatur tetapi pemikiran jangka pendek tetap berlaku. Di Australia, lockdown menyebabkan penutupan 20.000 bisnis, merusak perekonomian. Negara tersebut kini bergantung pada ekstraksi sumber daya, produk hewan, dan "pendidikan" (yaitu, pelatihan yang bias terhadap perempuan). Pendekatan jangka pendek terhadap kekuasaan dan ego ini telah menyebabkan penurunan ekonomi.
Penghindaran Tanggung Jawab
Kelompok yang dikelola perempuan sering menghindari tanggung jawab atas hasil negatif. Alih-alih mengakui kesalahan, mereka mungkin merayakan keberhasilan yang dangkal. Ketika bisnis seperti Airtasker pindah ke luar negeri untuk menghindari pajak tinggi, responsnya mungkin berupa kritik terhadap perusahaan tersebut daripada mengatasi masalah mendasar.
- Taktik PembungkamMelaporkan, mempermalukan, dan menggunakan kata-kata seperti "narsistik" atau "misoginis" untuk menekan perbedaan pendapat.
- Tanggapan terhadap Keputusan BisnisMengkritik perusahaan alih-alih mengatasi masalah sistemik.
Kesetaraan di atas Keadilan
Masyarakat yang dipimpin perempuan mungkin memprioritaskan kesetaraan daripada keadilan. Misalnya, di Australia, perawat dibayar terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomi yang mereka berikan, yang mencerminkan fokus pada kesetaraan upah daripada keadilan. Pendekatan ini dapat menyebabkan praktik yang tidak berkelanjutan dan masalah sistemik, seperti yang terlihat dalam contoh-contoh historis negara-negara yang gagal di bawah ideologi serupa.
Kesimpulan
Tujuan masyarakat yang dipimpin perempuan seringkali berputar di sekitar kekuasaan, uang, dan ego dengan fokus jangka pendek, sementara masyarakat yang dipimpin laki-laki biasanya bertujuan untuk perdamaian, keadilan, dan stabilitas jangka panjang. Lingkungan yang dipimpin perempuan, seperti di New York atau Australia, seringkali mencerminkan:
- Berpikir Jangka PendekFokuslah pada keuntungan jangka pendek daripada konsekuensi jangka panjang.
- KetidakjujuranToleransi terhadap manipulasi dan penipuan.
- Ego-sentrismePenekanan pada kekuasaan dan status pribadi.
Sebaliknya, masyarakat yang dipimpin oleh laki-laki cenderung memiliki pendekatan yang lebih seimbang terhadap keadilan dan perencanaan jangka panjang. Mereka menekankan kejujuran, tanggung jawab, dan praktik berkelanjutan.
Bagi mereka yang mencari lingkungan yang lebih seimbang dan adil, mungkin bermanfaat untuk mempertimbangkan pindah ke negara-negara yang memiliki reputasi perlakuan yang adil terhadap kedua gender dan praktik ekonomi yang adil. Negara-negara seperti Dubai, Hong Kong, Jepang, Qatar, Malaysia, Taiwan, Arab Saudi, dan Norwegia adalah contoh di mana ketidakjujuran dan perilaku kasar berbasis gender kurang marak, dan keadilan dikelola dengan lebih efektif.
Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang dinamika budaya yang memengaruhi hidup Anda atau masa depan anak-anak Anda, mengeksplorasi pilihan-pilihan ini mungkin dapat memberikan lingkungan hidup yang lebih seimbang dan adil.
Untuk wawasan lebih lanjut, Anda mungkin juga ingin menonton video ini: Tautan YouTube.
